WERELDKRANT - Editie Bahasa Indonesia 22 dec 2009
Mungkinkah Indo Belanda Tinggal Kenangan
(Misschien blijft het begrip Indo Belanda slechts een herinnering.......in Indonesia - zie onder)
Kelompok Indo Belanda di Indonesia membentuk kelompok tersendiri. Mereka dijuluki sebagai warga negara Belanda yang tertinggal di Indonesia. Jumlah mereka diyakini makin lama akan makin berkurang. Dan bukan tidak mungkin nama Indo Belanda hanya akan menjadi kenangan saja di Indonesia.
Eddy Samson adalah ketua kelompok De Indo Club Surabaya. Pria baya itu berdarah campuran Belanda dan Menado. Putra seorang pegawai kereta api Indonesia masih itu merasa dirinya benar-benar Indo-Belanda. Eddy Samson bahkan pernah mencoba mengajukan spijtoptant yaitu suatu kebijakan pemerintah Belanda yang mengizinkan warganya kembali memiliki paspor Belanda setelah menjadi warga negara lain.
Namun sayangnya upaya untuk mendapatkan ke warganegaraan Belanda itu ditolak oleh parlemen seperti dituturkan oleh Eddy Samson.
Eddy Samson: Saya adalah spijtoptanten. Sudah berusaha tiga kali tapi ditolak. Hal itu tidak disertai dengan alasan yang jelas. Saya pernah pula diwawancarai oleh televisi Belanda. Mereka mengatakan bahwa ini adalah salah satu kesalahan yang besar. Kesalahan itu ditujukan ke parlemen Belanda. Banyak yang diterima, tapi kita tidak. Dan tidak ada alasannya sama sekali. Saya punya surat yang ditandatangani oleh Ratu Juliana waktu itu. Namun demikian dalam hati saya masih merasa bahwa saya adalah orang Indo.
Tidak Sesuai HarapanEddy Samson merasa berhak untuk mendapatkan warga negara Belanda, tapi sejak penolakannya itu Eddy tidak mau mengutak ngatik lagi. Penyesalan itu masih saja menyelimuti orang tua Eddy Samson. Karena keadaan sosial di Indonesia, menurutnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Lain lagi dengan kisah salah seorang pengurus De Indo Club Surabaya lainnya Willem Tupan. Ibunya juga berupaya untuk mendapatkan kembali kewerganegaraan Belanda tapi hal itu gagal. Ibu Willem Tupan adalah seorang Belanda dan ayahnya orang Ambon.
Willem Tupan: Kita pernah usaha tahun 63, tapi waktu itu sudah tertutup. Tapi ya itu juga akibat bapak saya. Ia menunda terus. Ketika ia bilang "Ya", ternyata sudah tidak bisa lagi. Jadi akhirnya kita tertinggal. Semua saudara ibu saya di Belanda. Tidak ada satupun yang di sini. Cuma dia sendiri yang di sini. Terus keluarga bapak juga banyak di Belanda. Ibu saya waktu itu juga sempat sedih, tapi ya gimana tidak berhasil.
Hal yang sama juga dialami oleh salah seorang pengurus Indo Club Surabaya lainnya yaitu Yan Ferdinandus. Orangtuanya yang tidak pernah resmi menikah, engakibatkan ibunya yang meminta kembali kewarganegaraan Belandanya ditolak.
Namun baik ibunda Willem Tupan maupuan Jan Ferdinandus tidak lama-lama bersedih. Kendati sudah puluhan tahun tinggal di Surabaya warga Indo Belanda ini masih saja merindukan Belanda.
Rindu Belanda
Jika warga Indo di Belanda merindukan sawah, pohon kelapa, apa yang dirindukan mereka di Indonesia tepatnya di Surabaya.
Eddy Samson: Saya rindu sekali keju. Saya rindu juga memegang sneeuw (salju--red). Bagaimana rupanya salju, bagaimana pemandangan kalau di Belanda musim rontok, musim panas dan musim lainnya. Itu yang saya ingin tau. Saya ingin sekali melihat dan mengalami itu. Saya dulu senang membaca buku-buku Belanda. Kalau salju turun, kemudian natal, makan roti ditambah aardapelen (kentang--red) dengan sup. Jadi memang ada kerinduan. Karena lingkungan pertumbuhan saya waktu itu. Saya masih ingin merasakan itu.
Lain lagi yang dirindukan salah seorang pengurus lainnya Yan Ferdinandus. Menurut pengamatannya Belanda adalah negara yang tenang, beda dengan Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Yan Ferdinandus: Saya terkesan pertama itu dengan kota Amsterdam. Dengan sungai di tengah kota. Saya sering lihat di internet. Kemudian kincir angin dan bunga tulip. Dan menurut saya Belanda itu sebuah negara yang dari pengamatan saya lewat internet adalah negara yang aman, damai, cool gitu .Tidak seperti di Indonesia, hiruk pikuk. Terutama di kota-kota besar, Jakarta-Surabaya, bising sekali.
Indo akan Hilang
Para pengurus De Indo Club Surabaya mengkhawatirkan keberadaan kelompok indo keturunan Belanda di Indonesia. Para pengurus de Indo Club Surabaya sudah mulai uzur. Sementara itu tidak ada yang mewariskan de Indo Club ini kepada anak-anak mereka. De Indo Club dikhawatirkan akan punah. Dan hal itu memang sudah diperkirakan oleh para pengurusnya terutama oleh Eddy Samson sendiri.
Eddy Samson: Saya merasa bahwa kita sebagai we zijn de laatste mohikanon (kami adalah generasi terakhir). Akan tidak ada lagi. Jadi kalau sudah mix dengan satu generasi biasanya maka akan habis Indo itu. Lihat saja di Amerika di Australia. Itu adalah hal alami. Wajar. Satu bangsa yang seperti kita ini, apalagi mix akan habis. Dan akan ikuti satu bangsa yang tetap. Seperti anak-anak saya tidak merasa bahwa mereka itu indo Belanda.
Habis atau tidak yang jelas De Indo Club Surabaya tetap berjuang untuk mempertahankan budaya dan bahasa belanda di Surabaya. Seperti apa yang dicita-citakan oleh para pengurusnya.
------------------------------------------
Sorry voor diegenen, die de BI niet machtig zijn.
In het kort komt het hierop neer, dat er Indo's zijn achtergebleven in Indonesia en daar spijt van hebben. Ze willen zo graag in Nederland zijn om Nederland met eigen ogen te kunnen aanschouwen en niet slechts van plaatjes. Het is een uitstervend ras en weldra zal het begrip Indo nog slechts een herinnering zijn, want op den duur zullen de nazaten van deze groep zich al totaal vermengd hebben met de lokale bevolking.
Sommigen hebben tevergeefs getracht om een Nederlands paspoort te verkrijgen.